Senin, 16 Maret 2015

Evaluasi Granul dan Tablet

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian evaluasi atau  pengujian terhadap sediaan tersebut.  Karena sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan.  Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui






1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tablet?
2.      Bagaimana penggolongan tablet?
3.      Evaluasi apa saja yang dilakukan dalam proses granul pembuatan tablet?
4.      Evaluasi apa saja yang dilakukan dalam sediaan tablet?

1.3  Tujuan
1.      Dapat mengetahui pengertian tablet.

2.      Dapat mengetahui penggolongan tablet

3.      Dapat mengetahui mengenai evaluasi granul dalam pembuatan tablet
4.      Dapat mengetahui mengenai evaluasi sediian tablet.













BAB II
ISI
2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:
·         Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas dan zat lain yang dikocok.
·         Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah Mucilago Gummi Arabici 10-20%, Solutio Methyl-cellulosum 5%.
·         Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar, Natrium Alginat.
·         Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya yang digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum. Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 1994).
Penggolongan tablet dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.       Tablet Implantasi adalah tablet yang pemakaiannya dengan cara menanamkannya dalam jaringan bawah kulit. Contoh: tablet hormon.
b.      Tablet Effervescent adalah tablet yang penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air kemudian diminum. Didalam tablet selain zat aktif juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbondioksida. Contoh: tablet Calsium D Redokson (CDR).
c.       Tablet Vagina adalah tablet yang pemakaiannya melalui vagina, bentuk pipih, oval dengan salah satu ujungnya kecil. Contoh: sulfasetamid, nistatin.
d.      Tablet Sublingual adalah tablet yang penggunaannya diletakkan di bawah lidah. Tablet ini melarut dengan cepat dan bahan-bahannya cepat diabsorbsi. Contoh: tablet isosorbid dinitrat.
e.       Tablet hisap adalah tablet yang dimaksudkan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan yang ditujukan untuk absorbs sistemik setelah ditelan. Contoh: tablet Vitamin C.
f.       Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, member residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Contoh: tablet antasida.
g.      Tablet Hipodermik adalah tablet yang mudah larut dalam air digunakan sebagai injeksi untuk disuntikkan di bawah kulit.
2.2 Evaluasi Granul
a.      Kecepatan Alir (Metode Flodex)
Metode ini didasarkan pada kemampuan serbuk untuk jatuh secara bebas melalui lubang berdiameter tertentu. Dengan demikian, indeks sifat alir (flowability index) dinyatakan sebagai diameter (millimeter) terkecil yang dapat dilalui serbuk secara bebas pada pengulangan tiga kali secara berurutan.
K ≤ 490 x r x d
K: koefisien friksi internal (dynes per square centimeter atau poise)
r: radius (cm) terkecil yang dapat dilalui serbuk secara bebas.
d: non-tapped bulk density serbuk (grams per milliliter)
490:  dari gaya gravitasi.
Dapat dikatakan bahwa serbuk yang memiliki viskositas K dan non tapped bulk density (d) memiliki sifat alir yang bagus (free flowing) jika:
r ≥ K / (490 x d)

b.      Sudut Diam
Sudut diam dapat ditentukan dengan menggunakan peralatan sederhana yaitu menuangkan sampel melalui corong kemudian mengukur sudut yang terbentuk (a). Jadi sudut diam adalah sudut yang terbentuk oleh serbuk pada permukaan horizontal. Biasanya sudut diamyang dibentuk oleh serbuk farmasetik berkisar antara 20o-40o, dan secara umum serbuk semakin rendah sudut diam maka serbuk semakin baik sifat alirnya (free flowing)

c.       Kompresibilitas
BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik.
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan ( diketuk 500x). Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index.
                        BJ nyata=
BJ mampat=
Penafsiran hasil: Jika % K:
5-10%              : aliran sangat baik
11-20%            : aliran cukup baik
21-25%            : aliran cukup
>26%               : aliran buruk

d.      Porositas
Ukuran partikel yang isodiametris dengan berbentuk shperis atau bulat memiliki nilai porositas yang tetap yaitu diantara 37-40%, sedangkan yang berbentuk kubus memiliki nilai porositas yang lebih tinggi yaitu 46%.
Porositas atau keadaan yang berongga-rongga ini dapat digunakan untuk menjelaskan tingkat konsolidasi suatu serbuk. Nilai porositas ini merupakan perbandingan nilai volume antara partikel dengan volume total.
Volume total=volume antar partikel (Vp)+volume partikel (Vr) maka,
Volume antar partikel (Vp)=volume total (V)- volume partikel sehingga,,
Nilai porositas (e)= V-Vr/V x 100% atau
                        (e)= 1-Vr/V x 100%
Dimana: (e) : nilai porositas
               V : volume total
               Vr: volume partikel
Makin besar nilai porositas dari kerapatan serbuk atau granul, pada umumnya akan menyebabkan turunnya jumlah obat pertabletnya, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan mutu secara farmakologis dari tablet tersebut. Hal ini disebabkan karena makinbesar rongga antar partikel serbuk atau granul akan menyebabkan terjadinya peningkatan volume antar partikel serta menurunnya volume partikel itu sendiri. Sehingga tampaknya bahwa serbuk atau granul tersebut berongga-rongga, apabila serbuk atau granul dalam keadaan demikian ini akan menyebabkan bobot tablet yang dihasilkan akan berkurang dari bobot yang seharusnya.

e.       Kadar Air
Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basah à menggambarkan penyusutan pada saat pengeringan à loss on drying (LOD). (terutama dalam proses granulasi bawah)
            %LOD =  x 100
Pengukuran lain untuk menyatakan kelembaban dalam zat padat ialah berdasarkan berat kering yaitu, air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan kering à disebut kandungan lembap (moisture content, MC)
%MC =  x 100
f.       Kadar Fines (Kehalusan Serbuk)

2.3 Evaluasi Tablet
Untuk menjaga mutu tablet tetap sama, dilakukan uji-uji sebagai berikut:
a.      Organoleptik
Mengamati bentuk, bau, dan rasa secara visual.

b.      Uji keseragaman bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari bobot ratarata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Dirjen POM, 1995):



Tabel 1: Penyimpangan bobot rata-rata
Bobot Rata-Rata
Penyimpangan Bobot Rata-Rata
A
B
25 mg atau kurang
15%
30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10%
20%
151 mg sampai dengan 300 mg
7,5%
15%
Lebih dari 300 mg
5%
10%

c.       Uji Diameter dan Ketebalan
Tujuan             : Menjamin penampilan tablet yang baik.
Prinsip             : Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran masa cetak atau pada pengisian granul kedalam die. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet.
Alat                 : Jangka sorong.
Penafsiran Hasil: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1   kali tebal tablet.
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong.

d.      Uji Ketahanan
Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan, pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan (Soekemi, A. R., 1987).
e.       Uji kekerasan
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari kekuatan tablet. Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8% (Ansel, H.C., 1989).
f.       Uji waktu hancur
Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada sistem pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan bahan obat kecairan tubuh. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi partikel-partikel kecil. Tablet biasanya diformulasikan dengan bahan pengembang yang menyebabkan tablet hancur didalam air atau cairan lambung (Soekemi, A. R., 1987). Peralatan uji waktu hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10. Selama percobaan tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang, kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun dalam larutan transparan dengan kecepatan 29-32 putaran permenit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit (Ansel, H.C., 1989).
g.      Uji penetapan kadar zat berkhasiat
Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia (Dirjen POM, 1995).

















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai: Zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, zat pelican. Penggolongan tablet dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tablet Implantasi, tablet Effervescent, tablet Vagina, tablet Sublingual, tablet hisap, tablet kunyah, tablet Hipodermik.
Evaluasi granul diantaranya: Kecepatan alir, fase diam, kompresibilitas, porositas, kadar air, kehalusan serbuk. Evaluasi tablet diantaranya: Organoleptik, uji keseragaman bobot, uji diameter dan ketebalan, uji ketahanan, uji kekerasan, waktu hancur, dan penetapan kadar zat berkhasiat.










DAFTAR PUSTAKA

Anderson NR GS Banker Dalam: Lachman L Lieberman HA Kanig JL 1984 Teori dan Praktek Farmasi Industri Vol 2 Edisi 3 UI Press Jakarta

Ansel C Howard 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta UI Press

Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta

Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta

Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig 2008 Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga Jakarta: UI Press





Evaluasi Granul dan Tablet

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian evaluasi atau  pengujian terhadap sediaan tersebut.  Karena sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan.  Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui






1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tablet?
2.      Bagaimana penggolongan tablet?
3.      Evaluasi apa saja yang dilakukan dalam proses granul pembuatan tablet?
4.      Evaluasi apa saja yang dilakukan dalam sediaan tablet?

1.3  Tujuan
1.      Dapat mengetahui pengertian tablet.

2.      Dapat mengetahui penggolongan tablet

3.      Dapat mengetahui mengenai evaluasi granul dalam pembuatan tablet
4.      Dapat mengetahui mengenai evaluasi sediian tablet.













BAB II
ISI
2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:
·         Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas dan zat lain yang dikocok.
·         Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah Mucilago Gummi Arabici 10-20%, Solutio Methyl-cellulosum 5%.
·         Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar, Natrium Alginat.
·         Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya yang digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum. Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 1994).
Penggolongan tablet dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.       Tablet Implantasi adalah tablet yang pemakaiannya dengan cara menanamkannya dalam jaringan bawah kulit. Contoh: tablet hormon.
b.      Tablet Effervescent adalah tablet yang penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air kemudian diminum. Didalam tablet selain zat aktif juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbondioksida. Contoh: tablet Calsium D Redokson (CDR).
c.       Tablet Vagina adalah tablet yang pemakaiannya melalui vagina, bentuk pipih, oval dengan salah satu ujungnya kecil. Contoh: sulfasetamid, nistatin.
d.      Tablet Sublingual adalah tablet yang penggunaannya diletakkan di bawah lidah. Tablet ini melarut dengan cepat dan bahan-bahannya cepat diabsorbsi. Contoh: tablet isosorbid dinitrat.
e.       Tablet hisap adalah tablet yang dimaksudkan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan yang ditujukan untuk absorbs sistemik setelah ditelan. Contoh: tablet Vitamin C.
f.       Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, member residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Contoh: tablet antasida.
g.      Tablet Hipodermik adalah tablet yang mudah larut dalam air digunakan sebagai injeksi untuk disuntikkan di bawah kulit.
2.2 Evaluasi Granul
a.      Kecepatan Alir (Metode Flodex)
Metode ini didasarkan pada kemampuan serbuk untuk jatuh secara bebas melalui lubang berdiameter tertentu. Dengan demikian, indeks sifat alir (flowability index) dinyatakan sebagai diameter (millimeter) terkecil yang dapat dilalui serbuk secara bebas pada pengulangan tiga kali secara berurutan.
K ≤ 490 x r x d
K: koefisien friksi internal (dynes per square centimeter atau poise)
r: radius (cm) terkecil yang dapat dilalui serbuk secara bebas.
d: non-tapped bulk density serbuk (grams per milliliter)
490:  dari gaya gravitasi.
Dapat dikatakan bahwa serbuk yang memiliki viskositas K dan non tapped bulk density (d) memiliki sifat alir yang bagus (free flowing) jika:
r ≥ K / (490 x d)

b.      Sudut Diam
Sudut diam dapat ditentukan dengan menggunakan peralatan sederhana yaitu menuangkan sampel melalui corong kemudian mengukur sudut yang terbentuk (a). Jadi sudut diam adalah sudut yang terbentuk oleh serbuk pada permukaan horizontal. Biasanya sudut diamyang dibentuk oleh serbuk farmasetik berkisar antara 20o-40o, dan secara umum serbuk semakin rendah sudut diam maka serbuk semakin baik sifat alirnya (free flowing)

c.       Kompresibilitas
BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik.
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan ( diketuk 500x). Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index.
                        BJ nyata=
BJ mampat=
Penafsiran hasil: Jika % K:
5-10%              : aliran sangat baik
11-20%            : aliran cukup baik
21-25%            : aliran cukup
>26%               : aliran buruk

d.      Porositas
Ukuran partikel yang isodiametris dengan berbentuk shperis atau bulat memiliki nilai porositas yang tetap yaitu diantara 37-40%, sedangkan yang berbentuk kubus memiliki nilai porositas yang lebih tinggi yaitu 46%.
Porositas atau keadaan yang berongga-rongga ini dapat digunakan untuk menjelaskan tingkat konsolidasi suatu serbuk. Nilai porositas ini merupakan perbandingan nilai volume antara partikel dengan volume total.
Volume total=volume antar partikel (Vp)+volume partikel (Vr) maka,
Volume antar partikel (Vp)=volume total (V)- volume partikel sehingga,,
Nilai porositas (e)= V-Vr/V x 100% atau
                        (e)= 1-Vr/V x 100%
Dimana: (e) : nilai porositas
               V : volume total
               Vr: volume partikel
Makin besar nilai porositas dari kerapatan serbuk atau granul, pada umumnya akan menyebabkan turunnya jumlah obat pertabletnya, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan mutu secara farmakologis dari tablet tersebut. Hal ini disebabkan karena makinbesar rongga antar partikel serbuk atau granul akan menyebabkan terjadinya peningkatan volume antar partikel serta menurunnya volume partikel itu sendiri. Sehingga tampaknya bahwa serbuk atau granul tersebut berongga-rongga, apabila serbuk atau granul dalam keadaan demikian ini akan menyebabkan bobot tablet yang dihasilkan akan berkurang dari bobot yang seharusnya.

e.       Kadar Air
Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basah à menggambarkan penyusutan pada saat pengeringan à loss on drying (LOD). (terutama dalam proses granulasi bawah)
            %LOD =  x 100
Pengukuran lain untuk menyatakan kelembaban dalam zat padat ialah berdasarkan berat kering yaitu, air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan kering à disebut kandungan lembap (moisture content, MC)
%MC =  x 100
f.       Kadar Fines (Kehalusan Serbuk)

2.3 Evaluasi Tablet
Untuk menjaga mutu tablet tetap sama, dilakukan uji-uji sebagai berikut:
a.      Organoleptik
Mengamati bentuk, bau, dan rasa secara visual.

b.      Uji keseragaman bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari bobot ratarata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Dirjen POM, 1995):



Tabel 1: Penyimpangan bobot rata-rata
Bobot Rata-Rata
Penyimpangan Bobot Rata-Rata
A
B
25 mg atau kurang
15%
30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10%
20%
151 mg sampai dengan 300 mg
7,5%
15%
Lebih dari 300 mg
5%
10%

c.       Uji Diameter dan Ketebalan
Tujuan             : Menjamin penampilan tablet yang baik.
Prinsip             : Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran masa cetak atau pada pengisian granul kedalam die. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet.
Alat                 : Jangka sorong.
Penafsiran Hasil: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1   kali tebal tablet.
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong.

d.      Uji Ketahanan
Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan, pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan (Soekemi, A. R., 1987).
e.       Uji kekerasan
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari kekuatan tablet. Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8% (Ansel, H.C., 1989).
f.       Uji waktu hancur
Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada sistem pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan bahan obat kecairan tubuh. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi partikel-partikel kecil. Tablet biasanya diformulasikan dengan bahan pengembang yang menyebabkan tablet hancur didalam air atau cairan lambung (Soekemi, A. R., 1987). Peralatan uji waktu hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10. Selama percobaan tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang, kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun dalam larutan transparan dengan kecepatan 29-32 putaran permenit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit (Ansel, H.C., 1989).
g.      Uji penetapan kadar zat berkhasiat
Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia (Dirjen POM, 1995).

















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai: Zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, zat pelican. Penggolongan tablet dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tablet Implantasi, tablet Effervescent, tablet Vagina, tablet Sublingual, tablet hisap, tablet kunyah, tablet Hipodermik.
Evaluasi granul diantaranya: Kecepatan alir, fase diam, kompresibilitas, porositas, kadar air, kehalusan serbuk. Evaluasi tablet diantaranya: Organoleptik, uji keseragaman bobot, uji diameter dan ketebalan, uji ketahanan, uji kekerasan, waktu hancur, dan penetapan kadar zat berkhasiat.










DAFTAR PUSTAKA

Anderson NR GS Banker Dalam: Lachman L Lieberman HA Kanig JL 1984 Teori dan Praktek Farmasi Industri Vol 2 Edisi 3 UI Press Jakarta

Ansel C Howard 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta UI Press

Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta

Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta

Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig 2008 Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga Jakarta: UI Press